Makam kuno ditemukan di Birkirkara, Malta, Eropa Selatan saat para pekerja melakukan penggalian parit dekat Rumah Sakit Mater Dei. Makam ini diperkirakan berusia 2.000 tahun.
Ketika bersiap untuk memasang saluran air minum baru, para pekerja menemukan ruangan dari batu pahat. Setelah dilihat lebih saksama, ruangan tersebut rupanya bagian dari kompleks makam kuno orang Punik, dikutip dari laman Pengawas Warisan Budaya (SCH) Malta.
Baca juga: Taman Batu Kuno di Cile Simpan Misteri Peradaban Rapa NuiBaca juga: Sekolah Hancur, Siswa di Palestina Mulai Tahun Ajaran Baru dengan Belajar di TendaOrang Punisia dan GenosidaOrang Punik atau Punisia adalah orang-orang yang pindah dari Punisia ke kawasan Mediterania barat pada Zaman Besi. Mereka kebanyakan tinggal di Kartage kuno sehingga disebut Kartagenian.
Dikutip dari laman The Borgen Project, orang Punisia mengalami genosida pertama yang tercatat di dunia. Genosida ini terjadi lewat tiga Punic Wars yang berlangsung sejak 149 SM.
Anggota Senat Romawi, Marcus Porcius Cato, meyakini orang Romawi lebih superior daripada Kartagenian (orang Punisia). Ia menyerukan penghancuran orang Punisia dalam pidatonya.
Salah satu tindakan Romawi saat itu yakni menawan orang-orang Kartagenian. Mereka dipaksa untuk menghancurkan kotanya sendiri dan membangunnya lagi di tempat lain. Karena menolak, kota mereka dibakar selama 17 hari.
Hanya sedikit orang Kartagenian yang selamat. Mereka pun dijual sebagai budak. Romawi juga menghancurkan lima kota sekutu budaya Punisia sehingga sejarahnya dapat dihilangkan.
Karena itu, hanya ada sedikit jejak sejarah orang Punisia di Kartage kuno. Beberapa di antaranya yaitu makam Punisia, kuil, dan benteng. Namun, mayoritas reruntuhan yang tersisa merupakan hasil pembangunan kembali pada masa pendudukan Romawi usai Kartage hancur.
Mengungkap Kompleks Makam KunoMakam kuno orang Punisia. Foto: Pengawas Warisan Budaya MaltaPenemuan jejak orang Punisia ini merupakan hasil kerja sama antara Pengawas Warisan Budaya (SCH), Yayasan Layanan Medis, dan Infrastruktur Malta. SCH semula terlibat dalam pengawasan lokasi, terutama saat muncul permohonan perencanaan untuk mengembangkan tempat parkir sementara di RS onkologi setempat
Mengingat sensitivitas arkeologis di area tersebut, SCH mengeluarkan ketentuan pemantauan arkeologi. Harapannya, mereka dapat memastikan bahwa setiap penemuan akan ditangani dengan hati-hati.
Berangkat dari penemuan jejak orang Punisia tersebut, tim arkeolog dari SCH ditugaskan menggali, mendokumentasikan, dan menginterpretasikan penemuan di lokasi.
Berdasarkan analis mereka, ruangan tersebut adalah bagian dari kompleks makam yang berasal dari era Punisia dan Romawi. Komplek pemakaman ini terdiri dari tiga ruangan pemakaman yang terhubung oleh poros tengah.
Kerangka Manusia dan ArtefakArtefak dan sisa tulang jenazah dari makam kuno orang Punisia. Foto: Pengawas Warisan Budaya MaltaPintu masuk ke ruangan-ruangan ini masih tertutup rapat dengan lempengan batu asli. Kondisinya menunjukkan bahwa makam ini terawetkan dengan baik meskipun sudah berusia lebih dari 2.000 tahun.
Saat memasuki ruang pertama, para arkeolog menemukan sisa-sisa kerangka manusia dan koleksi benda-benda pemakaman. Mereka juga bisa melihat artefak di dua ruang lainnya melalui celah-celah sempit.
Penemuan ini menguatkan bahwa makam tersebut telah digunakan sejak 2.300 tahun yang lalu pada periode Punisia. Terdapat beberapa artefak yang menunjukkan penggunaan berkelanjutan selama periode Romawi.
Proses Analisis Artefak dan Jenazah di LaboratoriumTim arkeolog SCH bekerja menggali ruang pemakaman dengan hati-hati selama dua minggu. Hasilnya, mereka kebanyakan menemukan sisa penguburan, sedangkan sebagian kecilnya berupa sisa kremasi yang disimpan dalam guci.
Selain itu, beberapa tulang tampak teratur, menunjukkan bahwa pernah dilakukan penguburan ulang. Tujuannya untuk memberi ruang bagi penguburan selanjutnya.
Setiap ruang berisi beberapa penguburan. Ruang 2 dan 3 masing-masing memiliki enam penguburan. Sedangkan ruang 1 setidaknya berisi dua penguburan.
Artefak dan jenazah kemudian dipindahkan dengan hati-hati ke Laboratorium SCH untuk dibersihkan dan dianalisis. Jika telah distabilkan, artefak selanjutnya akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Rencananya, peneliti juga akan mencari tahu usia, jenis kelamin, kesehatan, dan bukti trauma pada individu yang dikubur dengan analisis osteologi. Ke depannya, SCH berencana untuk mengupayakan pendanaan untuk studi lebih lanjut, termasuk untuk analisis karbon (C14) dan analisis DNA purba.
Kembalinya Artefak Era Kolonial ke Kongo Disambut BahagiaSebelumnya:Tidak ada lagi Selanjutnya:BEM FISIP Unair Dibekukan Gegara Kritik Prabowo, Mendikti Saintek: Batalkan!